Saturday, March 20, 2010

Danau Maninjau yang Indah Bangat=)







Danau Maninjau

Sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, ibukota Sumatera Barat, 36 kilometer dari Bukittinggi, 27 kilometer dari Lubuk Basung, ibukota Kabupaten Agam.

Maninjau yang merupakan danau vulkanik ini berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Luas Maninjau sekitar 99,5 km² dan memiliki kedalaman maksimum 495 meter. Cekungannya terbentuk karena letusan gunung yang bernama Sitinjau (menurut legenda setempat), hal ini dapat terlihat dari bentuk bukit sekeliling danau yang menyerupai seperti dinding. Menurut legenda di Ranah Minang, keberadaan Danau Maninjau berkaitan erat dengan kisah Bujang Sembilan.

Danau Maninjau merupakan sumber air untuk sungai bernama Batang Antokan. Di salah satu bagian danau yang merupakan hulu dari Batang Antokan terdapat PLTA Maninjau. Puncak tertinggi diperbukitan sekitar Danau Maninjau dikenal dengan nama Puncak Lawang. Untuk bisa mencapai Danau Maninjau jika dari arah Bukittinggi maka akan melewati jalan berkelok-kelok yang dikenal dengan Kelok 44sepanjang kurang lebih 10 km mulai dari Ambun Pagi sampai ke Maninjau.

Danau ini tercatat sebagai danau terluas kesebelas di Indonesia. Sedangkan di Sumatera Barat, Maninjau merupakan danau terluas kedua setelah Danau Singkarak yang memiliki luas 129,69 km² yang berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok. Di sekitar Danau Maninjau terdapat fasilitas wisata, seperti Hotel(Maninjau Indah Hotel, Pasir Panjang Permai) serta penginapan dan restoran.


Tina yang berjilbab dan PTSD

Sr. Sigit Widyatmoko, SpPD

Sebut saja wanita separuh baya berjilbab itu Tina. Saya bertemu dengannya hampir tiga tahun yang lalu di Meulaboh, Aceh Barat. Ketika itu saya menjadi relawan bencana gempa bumi dan tsunami, utusan dari RS Sardjito Yogyakarta. Tina sebenarnya adalah perawat di bagian kamar operasi RSU Meulaboh. Peristiwa tsunami membuatnya dipindah ke bagian penyakit dalam.

”Waktu itu air sudah setinggi leher saya, Dok. Rumah saya sudah terendam. Pikiran saya hanya bagaimana menyelamatkan anak saya. Dengan memakai tandu bersama suami saya angkat anak saya dua orang, berjalan di tengah luapan air sejauh lima kilometer menuju bukit. Setiap kali gelombang air menerpa, saya berteriak, “Allahu Akbar…!”

Akhirnya Tina dan keluarganya memang selamat. Tetapi perilakunya menjadi berubah. Sebelumnya dia dikenal sebagai perawat yang kalem, tenang, dan percaya diri. Setelah peristiwa itu dia menjadi sosok yang sering gugup, mudah menangis, dan minderan. Kadang-kadang kalau melamun dia berteriak takbir. Pimpinan rumah sakit kemudian memindahkannya ke bangsal penyakit dalam karena dikhawatirkan dapat mengganggu pelaksanaan operasi.

Masih banyak beribu Tina lain di Aceh. Survei bersama yang dilakukan Universitas Syiah Kuala, IOM (International Organization of Migrant), dan Universitas Harvard pada September 2006 menemukan bahwa 65% dari penduduk Aceh yang diteliti mengalami depresi, 69% mengalami gangguan cemas, dan 34% mengalami gangguan stres paska-trauma (PTSD atau post traumatic stress disorder).

Survei berikutnya yang dipublikasikan bulan Juni tahun 2007 atau hampir tiga tahun setelah tsunami menemukan hasil yang sedikit berbeda. Penelitian yang dilakukan di komunitas-komunitas berkonflik tinggi di 14 kabupaten di Aceh ini menemukan bahwa 35% penduduk mengalami gejala depresi, 10% mengalami PTSD dan 39% gejala kecemasan. Berarti tiga tahun setelah bencana gangguan kejiwaan masih dialami oleh sebagian penduduk Aceh.

Apa itu PTSD? Istilah “Post Traumatic Stress Disorder” pada mulanya ditujukan bagi para veteran perang di Amerika Serikat. Sebutan awalnya adalah “shell shock” atau “battle fatique”, yang menunjukkan suatu gangguan kejiwaan yang dialami seseorang setelah menjalani suatu pertempuran. Istilah PTSD semakin populer di Amerika Serikat terutama sejak pemerintahan George Walker Bush. Banyak serdadu Amerika mengalami PTSD setelah berperang di Afghanistan dan Irak.

Istilah PTSD kemudian diperluas tidak hanya bagi para serdadu perang. Setiap orang yang menunjukkan gejala-gejala khas setelah mengalami suatu trauma psikologis tertentu juga disebut mengalami PTSD. Trauma psikologis itu biasanya berada di luar batas-batas pengalaman manusia yang lazim terjadi. Kebalikannya adalah trauma yang berada di dalam batas-batas pengalaman misalnya duka cita akibat kematian, penyakit kronik, konflik perkawinan, atau kerugian dagang. Trauma yang terjadi tidak hanya yang dialami oleh orang yang bersangkutan, tetapi dapat juga oleh temannya, anggota keluarganya, atau bersama-sama dengan kelompoknya.

Stressor yang menghasilkan gangguan ini selain peperangan adalah bencana alam, kecelakaan alat transportasi yang hebat, dan bencana yang sengaja dibuat manusia. Contoh yang terakhir adalah pemboman, penyiksaan, dan yang paling terkenal kamp konsentrasi. Penyekapan, penyiksaan, dan pembunuhan di kamp konsentrasi memberikan pukulan mental yang sangat berat kepada para korbannya. Peneliti dari Universitas Yale, Amerika Seriat, pada tahun 1980 mengumpulkan testimoni para korban holocaust yang masih hidup. Ternyata para korban tersebut masih mengalami PTSD. Hal ini menjungkirbalikkan tesis semula bahwa trauma memiliki rentang waktu tertentu.

Menurut Sigmund Freud trauma adalah ingatan yang direpresi. Apakah setiap trauma dapat mengakibatkan PTSD? Tentu saja tidak. Sebagaimana dikemukakan di atas, hanya trauma luar biasa saja yang dapat menyebabkan PTSD. Selain itu faktor lain yang berpengaruh adalah jenis trauma, lamanya kejadian, berulangnya kejadian, latar belakang mental individu, dan tidak kalah penting yaitu dukungan dari teman dan keluarga.

Individu dengan latar belakang mental yang kuat akan tetap tegar meskipun mendapat trauma yang berat. Sebaliknya pada individu yang mudah luka (vulnerable), mendapat trauma yang kecil pun dapat mengalami PTSD. Karena itu sekelompok masyarakat yang sama-sama merasakan sebuah trauma dengan derajat yang sama belum tentu keluarannya akan sama pula.

Pengaruh hormonal juga ada walaupun masih dalam penelitian. Ada satu jenis hormon bernama dehydroepiandrosterone-S (DHEA-S) yang cukup signifikan dalam pembentukan stres. Makin tinggi level hormon ini pada seseorang, makin baik mereka mengontrol stresnya. Charles Morgan, seorang psikiatri dari National Center for Post-Traumatic Stress Disorder di West Haven, Connecticut, Amerika Serikat (AS) menganalisis 25 orang tentara lelaki sesudah mengikuti tes fisik dan psikologi pada sebuah simulasi kamp perang.

Para tentara tersebut diambil sampel ludah dan darahnya serta menjawab beberapa pertanyaan mengenai perasaan mereka terhadap lingkungannya. Mereka yang memiliki gejala seperti melanggar peraturan dan ketakutan disinyalir sebagai pengidap PTSD. Dari studi ini ditemukan bahwa tentara yang mempunyai kadar rasio DHEA-S tinggi dalam kortisolnya cenderung memiliki gejala PTSD yang rendah. Hal ini relevan dengan data pada kelompok sipil seperti pemadam kebakaran, petugas kepolisian dan anggota penolong darurat di mana pekerjaan mereka sangat terkait dengan stres.

Semua kelompok umur dapat mengalami PTSD. Gejalanya bervariasi antar-individu. Yang jelas manifestasi klinisnya tidak sekedar berupa gangguan depresi atau cemas. Gejala-gejala PTSD bisa berupa perasaan seolah-olah mengalami kembali peristiwa traumatik (flash back), mimpi buruk, kacaunya ingatan, perasaan kecewa, dan gangguan tidur atau insomnia. Juga reaksi kaget yang berlebihan dan waspada berlebihan.

Gejala lainnya adalah gangguan panik, ingin menghindari orang lain, penyalahgunaan zat, sampai dengan gangguan psikotik akut. Juga ada penyangkalan, yaitu penderita tidak ingin berhubungan lagi dengan sesuatu yang dapat mengingatkannya lagi dengan traumanya. Sebagai contoh ada penduduk Aceh yang takut melihat air pada beberapa bulan setelah tsunami. Pada kasus lain ada ibu muda yang ingin membunuh anaknya yang merupakan hasil hubungan gelapnya dengan seseorang yang kemudian tidak mau menjadi suaminya.

Pengobatan

Penanganan PTSD membutuhkan tim yang kompak dan berpengalaman. Untuk penanganan Aceh sudah banyak tim terjun dari dalam dan luar negeri. “Pusat Pengobatan Trauma Hyogo (Hyogo Institute for Traumatic Stress)” yang didirikan Profesor Hyogo,ahli penanggulangan bencana Gempa Bumi Kobe, terbang ke Aceh sejak bulan ke-2 dari bencana. Tim Jogja dari Bagian Jiwa RSUP Sardjito rutin mengirimkan dokter spesialis jiwa sejak awal penangangan bencana sampai sekarang. Demikian juga dari instansi pemerintah seperti BKKBN dan Departemen Sosial.

Metoda pengobatan yang sekarang banyak dikembangkan adalah prolonged exposure therapy, yang dapat membantu pasien menghadapi situasi yang ditakuti secara aman dan sistematis. Sasaran utama dari metoda ini adalah menghapuskan “penyangkalan “. Pasien menghabiskan banyak waktu dan energi untuk tidak berfikir atau berbicara mengenai trauma tsb. Dalam terapi ini pasien justru akan diarahkan untuk menceritakan peristiwa traumatik yang dialaminya.

Tujuannya untuk melatih otak agar otak tidak sensitif lagi pada peristiwa tersebut. Pasien juga diarahkan, diperkuat, dan diperbarui mekanisme adaptasinya. Hal ini supaya perasaan bersalah, marah, sedih, dsb dapat berkurang.

Metoda ini sekarang dikembangkan lagi menjadi virtual reality oleh Michael Kramer, psikolog klinis di Veteran Administration Hospital di Manhattan, AS, untuk menerapi veteran perang Iraq. Veteran tersebut diberikan pemandangan-pemandangan Iraq. Pasien dapat menavigasikan jalan-jalan, gedung-gedung, pasar, mobil, dan penduduk sipil. Dengan menggunakan tombol-tombol, dapat ditampilkan pemandangan seorang pria dewasa yang tersandung kemudian terjatuh di tengah jalan, dan minta tolong. Atau seorang anak laki-laki yang tampak di sudut jalan, melambaikan tangan, dan tampak sangat bersahabat. Pemandangan ini dapat memprovokasi kecemasan pada beberapa veteran yang sebelumnya mempunyai ketakutan akan tipu muslihat.

Meski ada yang menyejajarkan trauma akibat tsunami Aceh dengan tragedi holocaust, tetapi membandingkan musibah satu dengan yang lain tentu kurang etis. Tragedi lumpur Lapindo misalnya; apakah trauma yang dialami penduduk Sidoarjo ini bukan merupakan stressor yang sangat besar

Kehilangan rumah, sawah, sekolah, pekerjaan, lingkungan ramah, masjid, jalan tol, dan mungkin …. masa depan! Menurut berita sudah banyak yang terkena PTSD. Penanganannya jauh lebih komplek, karena bencanamya sampai sekarang masih terus terjadi. Apakah uang ganti rugi dapat mengembalikan senyum mereka?

Tentu akan lebih baik jika mereka dibuatkan lingkungan baru yang sebanding dengan kondisi sebelum bencana. Wallahu

Update Tugasan (19/3/1

Assalamualaikum =)

Apa kabar teman-teman? Harap semua sihat2 ya.

Berikut adalah tugasan2 kita yang masih pending:

1. Sponsor letters untuk dihantar kepada semua lecturers

Task PIC:

a) Dapatkan 1 copy sponsor letter n working paper

b) Distribute pada lecturers di setiap kulliyyah

PICs:

Medicine : Najwa n Nad

Dentistry : Iman n Solehah

Pmacy : Naz n Nabilah

Nursing : Ila n K. Ashiah

Deadline : 26th March 2010

2. Untuk menguruskan perjalanan.

Task PIC :

a) Hubungi contact person di tempat masing2 untuk confirmkan 1)tempat tinggal, 2) pengangkutan, 3)makanan. Untuk no. contact person please refer post blog yang berjudul tentative program

b) Sediakan tentative program

c) Rangkaan budget selama tinggal di tempat itu.

PICs:

Aceh : K.ashiah n solehah

Medan : Ila

Danau Toba : najwa

Bukit tinggi : nabilah

Padang : nazhiyah

Danau maninjau: nad n iman

Deadline : 2nd April 2010

Task division untuk humanitarian work di Danau Maninjau

Task PIC:

a) Bagi yang organize breastfeeding and healthy diet and lifestyle campaign, sediakan power point dan pamphlet tentang tajuk2 yang diberi, sila translatekan ke dalam bahasa Indonesia Sumatera Utara.

b) Bagi yang organize Children’s play, sediakan topengan-topengan dan skrip-skrip English yang simple based on buku kanak2 yang dah difotostat

c) If ada tambahan bahan2, boleh tambah mengikut kreativiti ya, terpulang pd. kalian

PC : Nabilah, Naz

Breastfeeding campaign : iman, k.ashiah

Healthy diet and lifestyle campaign : nad, solehah

Children’s play : Ila, najwa

Deadline : 9th April 2010

4. For all: Untuk dibincangkan di next meeting

* Baca buku HAMKA bertajuk ‘ayahku’ untuk dapatkan feel dan menghayati sejarah kebangkitan Islam di tanah Sumatera

* Untuk cari 1 tarikh semua orang boleh kosongnkan untuk kita sama2 meeting dengan U. Asri di Pejabat GPM (attn: Iman)

* To discuss tentang keselamatan and insurans in the next meeting (attn: Najwa)

* To kemaskini our internal audit entitled “2 Weeks Random Observation on Post-Traumatic Stress Disorder and Its Manifestations in Acheh and Padang” (attn: Nad)

* To kemaskini budget properly, including humanitarian mission budget (attn: Nabilah)

* To start design banner (attn: Naz)

Semoga dipermudahkan Allah ya.. =) Kita sama2 kena kerja dgn lebih laju, kerana masa yng cemburu.. apa2 masalah kita bawa to next meeting yeh